Haru Biru
Sunday, December 10, 2006 by ismansyah
Kali ini aku bercerita tentang biru, lagi-lagi biru. Remang-remang, tersamar diantara hitam dan putihnya kelabu. Diantara keraguan dan keinginan yang menggebu. Lalu kenapa harus biru, kenapa tak hijau, kuning, atau merah yang juga penghias warna dunia? Atau lembayung jingga yang juga adalah warna? Jawabannya “tak tahu” yang bisa bermakna terlalu banyak sengketa. Bisa jadi karna biru adalah langit, dinding kokoh pengayom yang beratap di atas kepala.. Atau biru adalah laut yang memabukkan hampir semua jiwa, menghasut, lalu memaksanya hingga menusuk ke selubung hati. Atau juga biru adalah sensasi, yang lebih dari hanya sekedar seberkas cahaya energi tinggi yang masuk ke mata. Tapi juga berinterferensi dengan getar-getar makna yang tergabung dalam maya dan nyata………………………………………………………………………………………..
Apapun itu, tak perlu didefenisi karna pada akhirnya hanya akan memberikan batasan-batasan. Dan sudah pasti tidak akan meyenangkan karna akan merenggut jiwa kebebasan.
Lalu ada apa dengan biru?
Bukanlah sebuah pertanyaan! karna tak seorangpun yang akan dapat menjawabnya. Dalam sebuah film saja pertanyaan itu dibiarkan menggantung begitu saja. Secara bebas dibiarkan memprovokasi penikmatnya dan memaknainya sesuai keinginan mereka. Dan tidak hanya disitu, bukan hanya didunia imaginasi pelakonannya. Terlebih-lebih di dunia nyata, disetiap zaman ia adalah tanda tanya, gairah hidup, penghasut, dan induk hampir semua peristiwa.
Sangat sederhana,…biru…hanya satu kata. Tapi sesuatu yang berlebihan akan berubah jadi inversnya seperti kata “sederhana” yang didahului oleh kata “ sangat”. Begitu juga biru akan berubah menuju kompleksitasnya karna satu kata bisa berarti beragam makna dan lebih rumit lagi tanpa defenisi. Lebih padat dari bahasa puisi siapapun karna ia adalah sebuah kata super massif bermakna infinitif.
Sangat popular karna tidak satu hati pun yang tak pernah disinggahinya. Bergerak kilat melalui cahaya atau bahkan tanpa perantara. Lalu mengendap-endap perlahan timbulkan anomali, munculkan fluktuasi waktu demi waktu. Sampai titik itu tiba-tiba saja ia berubah menjadi sesuatu yang sangat asing, sesuatu yang sangat membingungkan dan berulang kali dipertanyakan. Ia telah berubah menjadi sesuatu yang tak terdefenisikan bukan karena ketidaktahuan, mungkin karena ketidakfahaman. Atau juga karena ketidakselarasan antara keinginan dan pengalaman seperti orang yang memecah cermin.
http://ic1.deviantart.com/fs8/p/2005/331/6/6f0f3d983191d097.jpg
http://thor.info.uaic.ro/~busaco/paint/blue-life/WallOfLove.jpg
Caro-kann 27sept 05