Mahasiswa dan kampus :Ulasan Buku "Assalamu'alaikum: ISLAM ITU AGAMA PERLAWANAN" Eko Prasetyo
to
Ada tatanan yang bergeser demikian cepat dan itu memberikan pengaruh banyak bagi gerakan Islam. Di bidang ekonomi ada tuntutan untuk melakukan liberalisasi secara agresif. Tuntutan untuk membuka investasi sama halnya dengan gairah untuk melakukan privatisasi. Hal yang sama ada juga pada upaya aktif untuk melakukan pencabutan subsidi yang punya akibat langsung bagi sejumlah layanan publik. Salah satu yang kena dampak langsung adalah pendidikan serta kesehatan. Pendidikan telah disulap perannya, dari upaya untuk mendorong tradisi intelektual berubah menjadi mesin tenaga kerja. Itu sebabnya peserta didik kemudian dipandang sebagai objek yang bisa dikenai berbagai aturan dan diarahkan menurut keinginan pasar kerja. Pendidikan kemudian membentuk mahasiswa yang menyambut antusias berbagai bentuk perubahan dengan bekal ketrampilan.
...................................
Gerakan mahasiswa secara umum punya masalah kaderisasi. Soal yang hampir sama diderita oleh pergerakan muda Islam. Secara jumlah mereka yang ingin masuk pergerakan terus menurun dan ini tidak diimbangi perubahan signifikan dalam perumusan materi pengkaderan. Walau dibeberapa wilayah, setahu saya diluar Jawa, antusiasme untuk ikut aktif di gerakan masih menyala-nyala tapi inipun harus berhadapan dengan budaya kampus yang tidak memberi banyak kesempatan mahasiswa untuk bisa aktif secara maksimal. Iklim kampus yang tidak memberi tempat bagi pergerakan ini kemudian terdesak oleh sejumlah aktivitas yang menitik-beratkan pada gaya hidup dan hobby. Terlebih-lebih kampus mulai terbuka dengan intervensi industri yang selalu mencari pasokan sumber daya manusia dari sana. Industri media misalnya mulai menyisir mahasiswa untuk menjadi grup pelawak, da’i hingga penyanyi dangdut. Kampus kemudian menjadi tambang bagi segala jenis industri, termasuk di dalamnya industri hiburan.
................................................................................................................................................
.............................................................................................................................tak jarang dilingkungan internal terjadi dualisme kepemimpian dan masing-masing bisa berebut klaim. Pecahnya organ gerakan muda Islam ini menenggelamkan kader-kader yang berkualitas karena mereka yang memiliki kemampuan kurang tertarik untuk masuk dalam organisasi. Biasnya karena intrik politik yang sering memakai cara-cara kotor dan kasar. Lebih baik mereka menjadi pemikir yang independen. Sangat sedikit karakter cendikiawan yang dalam istilah Gramsci sebagai intelektual organik. Di beberapa tempat mereka bisa bertikai bukan dengan argumen tapi melalui bentrok fisik yang berujung jatuhnya korban. Ini yang membuat kian hari kian merosotnya kualitas kader karena memang tidak dibangun kultur intelektual yang kokoh di dalamnya.
Paragraf-paragraf diatas adalah beberapa petikan pandangan dan analis yang ditulis oleh Eko Prasetyo dalam bukunya ”Assalamu’alaikum : ISLAM ITU AGAMA PERLAWANAN!”. Analisis yang sangat tajam dan akurat dalam memaparkan kondisi kemahasiswaan yang ada sekarang ini. Saya katakan demikian karena seperti itu yang saya perhatikan dan alami terutama di kampus saya tercinta, sehingga tiap-tiap kalimat, saya baca dengan anggukan-anggukan tanda setuju yang sebenarnya tidak perlu (beberapa kali saya pernah mengamati keadaan kampus dan mahasiswa lain, baik itu yang berada di Bandung, ataupun di luar Bandung sampai kepada kampus di luar pulau jawa yang konon adalah kampus terbaik se-sumatra)
Buta dan tidak mampu melihat realitas juga salah satu kekeliruan yang terjadi selama ini dalam melihat permasalahan sehingga sering kali terjadi benturan-benturan kepentingan. Apakah itu terjadi antara orang-orang ’kiri’ dengan ’kanan’, ’depan’ dengan ’belakang’, ’atas’ dengan ’bawah’, ’tercerahkan’ dengan ’sesat’, atau apapun itu dengan apapun itu seolah-olah kami tidak tahu siapa musuh kami sebenarnya. Pernah terdengar oleh saya sebuah pernyataan aneh yang berkata ”lho dia kan orang ’kiri’ ketua organisasi itu-anu” lah...saya bingung karena pada dasarnya oknum yang dimaksud juga masih seorang muslim dan jelas-jelas masih sholat! Ini sempat membingungkan saya karena tuduhan-tuduhan seperti itu sering kali mengacaukan pemikiran mahasiswa yang masih ’tanggung’ dan berujung-ujung pada tumbuhnya sebuah benih sentimen diantara penuduh, yang terkena gosip, dan sang oknum yang tertuduh.
NB: Tulisan ini pada dasarnya dibuat sebagai peringatan untuk diri sendiri dan untuk siapa saja mahasiswa yang merasa terceritakan di dalamnya. Dan tentu saja dengan segala kerendahan hati-segala kerendahan hati dan segala kerendahan hati.
Salam Ganesha!!! Bakti kami untukmu,............(terlalu berat untuk diucapkan)...........
Acuan Pustaka :
Prasetyo, Eko "Assalamu'alaikum:ISLAM ITU AGAMA PERLAWANAN", Resist Book, 2006, Jogjakarta.
Gambar diambil dari:
http://www.che.itb.ac.id/iso/albar2.jpg
http://jsofian.wordpress.com/files/2006/07/idea1.gif
http://www.serambinews.com/gambar/berita/300406serambibedu.jpg
Yang terakhir foto punya sendiri :)
1:35 PM
Tulisan yang bagus banget Mas. Kayaknya akan lbh mudah kalau kita bicara entitas kelompok vs individu ya? Kalau entitas kelompok terdiri dari individu2 yang mayoritas sadar bahwa segala aktivitas adalah dalam rangka mempersiapkan mati & untuk bertemu Allah SWT, InsyaAllah entitas kelompok (baca: organisasi mahasiswa, atau partai politik, dll) memiliki kualitas yang sesuai tuntutan Quran & Hadits ya? Di awal dakwah Rasulullah SAW aktivitas beliau 100% membina kualitas individu. Setelah jumlah individu yg memiliki kualitas Islam menjadi banyak, barulan entitas kelompok dibentuk.
Mungkin sambil berorganisasi (sambil bersabar melihat kualitas individu yg tidak Islami), ada baiknya kita juga beraktivitas meningkatkan kualitas keislaman indvidu.
Tulisan yang luar baisa.
Salam kenal & terimakasih sudah mampir ke blog saya.
5:37 PM
--> pak Hanafi
benar pak, seolah-olah kita akan mempertanyakan lagi hal yang sebenarnya sudah didengung-dengungkan berkali-kali sampai hampir basi, hati!
Dan satu hal yang membuat saya harus percaya bahwa lonjakan-lonjakan itu hampir tidak ada (kejeniusan maksudnya, baik secara intelegensia maupun spiritual)sehingga semua harus dikerjakan secara bertahap. Bagaimana kita hendak mempelajari hal-hal lain tentang agama tanpa faham dan menghayati tentang konsep-konsep tauhid ketuhanan.
Terima kasih telah mampir juga :)