<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d29125597\x26blogName\x3dHolistic+view+to+Equilibrium+state\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://carokann.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://carokann.blogspot.com/\x26vt\x3d-2369228846023373281', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Dua sisi mata uang


Jika aku adalah lelaki bodoh yang selalu meneriakkan kebebasan-berlagak seperti seorang william wallace meneriakkan freedom diakhir kematiannya- dan kau adalah wanita kaku yang takkan pernah keluar dari sangkar kayumu yang nyaman. Tapi tak ada bedanya, kita berdua manusia naif, tak ada yang lebih baik apalagi paling baik.

Aku takkan pernah nyaman berada dalam sekat-sekat, apalagi terkungkung dalam aturan dan segala bentuk tanda seru. Dalam pikiranku semua itu mengabaikan variasi karakter individu, melecehkan kemanusiaanku. Aku terbiasa berkelana kesana kemari dalam pikiranku, mencoba sana sini, dan akhirnya hari-hari juga yang mengadili. Aku mengaku salah, menyesal, dan berpikir seandainya tidak berbuat demikian. Tapi aku sadar bahwa aku adalah seorang keras kepala yang takkan pernah tahu panasnya api sebelum terbakar terlebih dahulu.

Sedangkan kau adalah seorang putri yang berbahasa dengan sangat formal, dan berusaha sebisa mungkin menyimpan caci makimu di depan cermin. Engkau dan orang di belakangmu adalah orang mapan, dan terus berjuang untuk mempertahankannya dan sejak kecil dididik untuk takut mempertanyakannya. Segala pertanyaan-pertanyaan kritis adalah tabu, dan harus dibunuh kemudian dikubur dalam-dalam hingga tak bisa lagi bangkit dari kematiannya.

Tapi tetap saja kita berdua sama, tak ada yang lebih baik, apalagi paling baik. Aku akan bergelut dengan pikiran ku, dan akan terus begitu, tak berujung karena tak pernah menemukan realitas yang sesuai dengan semua pertanyaan-pertanyaan itu. Beberapa tahun lagi aku mungkin telah menjadi orang gila, karena terus menerus dihantui pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban. Terlunta-lunta dan merasakan puncak kesepian yang sangat mendalam. Sedangkan kau juga akan terus begitu, menikmati segalanya, mencolok kedua matamu sampai buta. Beberapa tahun lagi, kau akan bosan juga dengan segala bentuk kenyamanan itu, karena tidak ada posisi yang benar-benar nyaman selamanya, semua berubah dan bergerak seperti roda-roda. Pada titik itu otak mu akan benar-benar bekerja, dan kita akan bertemu dalam satu muara persepsi yang sama. Pada saat itu kau dan aku akan benar-benar tahu bahwa kita memang sama, dan akan mempertanyakan pertanyaan yang sama pula,Untuk apa semuanya???

.................................................
Meskipun pada suatu waktu, kau tak akan lagi datang padaku.

Kita memang bersandar pada apa yang mungkin kekal,
mungkin pula tak kekal.
Kita memang selalu bersandar pada mungkin.
Kita bersandar pada angin

Dan tak pernah bertanya: untuk apa?
Tidak semua, memang, bisa ditanya untuk apa.

barangkali saja kita masih mencoba memberi harga pada sesuatu yang sia-sia. Sebab kersik pada karang, lumut pada lakon, mungkin akan tetap juga disana - apapun maknanya.

"Pada Sebuah Pantai: Interlude"
Goenawan Muhammad, 1973

Labels:

“ Dua sisi mata uang ”

  1. Anonymous Anonymous Says:

    Keren...
    Jadi masih bertanya-tanya?

  2. Blogger Putirenobaiak Says:

    duh berat nian nih tulisan, perlu mikir lama utk mengerti bagiku...


    akhirnya, perjalanan hidup adalah terus bergerak dan mencari bukan?

  3. Blogger ismansyah Says:

    mbak mei--> yup.. :) road to equilibrium state...
    eddy --> hehehe

  4. Blogger anugerah perdana Says:

    kunjungan pertama
    kesan saya
    bingung, beurat ah

    peace!

  5. Blogger ismansyah Says:

    kang-agah -->sebenarnya saya juga bingung kok sedang menceritakan apa..makanya labelnya 'ntah' hahahaha

  6. Anonymous Anonymous Says:

    Cakep