<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d29125597\x26blogName\x3dHolistic+view+to+Equilibrium+state\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://carokann.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://carokann.blogspot.com/\x26vt\x3d-2369228846023373281', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

si induk kucing

"Hei itu kan untuk anakmu, gimana sich ni kucing" begitu tadi seorang mahasiswa memarahi seekor induk kucing. Tapi si induk kucing cuek aja seperti tidak mengerti perkataan si mahasiswa itu (memang tidak mengerti kan?) merampas remah-remah makanan yang diberikan oleh mahasiswa tadi. Sebelumnya saya juga berpikiran demikian , 10 menit yang lalu saya melihat juga kucing itu dan 3 ekor anaknya mengais-ngais tumpukan kecil sampah dan begitu menemukan makanan si induk langsung melahapnya tanpa membagikannya ke anaknya. Si anak-anak kucing dengan wajah iba berusaha merebut makanan itu dari mulut ibunya, akan tetapi si induk bersikeras dan berusaha untuk mempertahankan makanan itu. Seketika sisi kemanusiaan saya muncul dan berkata, "bagaimana bisa seorang ibu berbuat demikian?". Akan tetapi saya teringat kembali kalau 15 menit yang lalu si induk masih menyusui anaknya dengan penuh kesabaran. Kalaulah si induk kucing adalah seekor ibu yang egois, mungkin si anak-anak kucing tidak akan disusui, mungkin akan dibiarkan saja kelaparan. Tapi tidak!, bahkan disela-sela menyusui ia masih sempat menjilati kepala anak-anaknya dan ketika saya pegang anak-anaknya ia masih sempat mengeong pertanda ia tidak terlalu suka anaknya diusik (paling tidak ia berkata"apa yang sedang kamu lakukan?!")

Maka saya mengambil kesimpulan mungkin si induk kucing hendak mengajari anak-anaknya bagaimana untuk menjadi seekor hewan, menjadi seekor binatang, berjuang untuk mempertahankan hidup, siapa yang kuat dialah yang menang! (secara teori ini hanya berlaku untuk dunia kebinatangan) Barangkali saja hampir identik dengan norma-norma universal yang kita dapatkan dari orang tua kita untuk menjadi seorang manusia, setidaknya bagaimana menjadi seorang manusia dalam pandangan mereka.

Lantas setelah tidak mendapat respon lagi dari rintihan eongannya dari si mahasiswa, si induk kucing pergi dan diikuti oleh ketiga anaknya. Lalu si induk terdiam sebentar dibawah lindungan pohon kecil, kemudian merendahkan kedua kaki belakangnya dan terduduk. Anak-anaknya mengitari si induk secara tak beraturan sambil mengeong-ngeong kecil. Lalu si induk berbaring bermalas-malasan begitu juga ketiga anak-anaknya. Dasar kucing! (kerjanya hanya makan, tidur, makan, tidur,..enak banget kayanya jadi kucing)

Gambar dari : http://www.kensingtoncat.traditionalcats.com/images/Kittens/Current/2003-

“ si induk kucing ”

  1. Anonymous Anonymous Says:

    Ternyata kamu bisa baca pikiran kucing Man... :P

  2. Blogger ismansyah Says:

    bakat sejak kecil kayanya ed :P