<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d29125597\x26blogName\x3dHolistic+view+to+Equilibrium+state\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://carokann.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://carokann.blogspot.com/\x26vt\x3d-2369228846023373281', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Kecoa

Sedari tadi aku memperhatikan seekor kecoa bolak-balik terus mengitari kamarku. Jalan kesana, jalan kesitu, ..putar kesana, putar kesitu. sesaat aku melihatnya menaiki tumpukan buku, kemudian menghilang di baliknya. Lalu ia kelihatan lagi berjalan dari bawah kolong tempat tidur, berjalan mendekat dan menaiki kaki kursi, lalu menghilang lagi di bawah kolong lemari. Aku berpikir apakah ia tidak punya kerjaan sama sekali selain berjalan-jalan kesana kemari?!

Maka saat ia kelihatan lagi keluar dari kolong lemari aku mencoba untuk menegurnya, tapi ia tidak menyahut sama sekali seolah-olah ia tidak tahu bahwa ia hanyalah tamu di ruangan ini. Apakah ia tidak tahu bahwa aku yang membayar sewa kost ruangan ini setiap tahunnya? Lalu aku keluhkan itu kepada sepupu teman sekamarku. Dengan wajah yang terkantuk-kantuk ia hanya tersenyum saja. dan aku bingung apakah ia tersenyum karena aku atau tingkah kecoa yang aneh itu?

Labels:

“ Kecoa ”

  1. Blogger Anton William Says:

    Keberadaan kecoa di kamar adalah indikasi kamar yang tidak sehat, jangan diamkan, segera bertindak!

    Bersihkan kamar Anda, bikin perangkap kecoa. Tingkatkan kualitas hidup Anda.

    Kecoa jangan diajak ngomong, karena:

    1. Kecoa ga ngerti bahasa verbal manusia (juga jangan berharap kecoa baca blog)

    2. Kecoa berkomunikasi bukan dalam panjang gelombang yang sama dengan yang dihasilkan pita suara manusia. Jadi mereka tuli.

    3. Ngajak ngomong kecoa bukan tindakan baik dalam psikologi (bahkan anak kecilpun tidak ngomong dengan kecoa, mereka menggebuknya), jika terjadi berarti ada indikasi penyakit.

    Bisa jadi yang menang adalah kecoa, dia bolak-balik tapi berhasil mencuri sesuatu dari kamarmu, sementara kamu diem ngelamunin dia. Kecoa sambil tertawa lantas berkata, "Kena deh."

  2. Blogger ismansyah Says:

    Anton-->Hahahaha...tapi kalau tidak ada kecoa barangkali tidak ada yang bisa 'menyadarkanku' ketika sedang melamun, apalagi di tengah malam yang sepi. Berteman dengan seekor kecoa (gak usah banyak-bnyak, cukup satu) bisa menjadi hiburan tersendiri hehehe

  3. Anonymous Anonymous Says:

    Masih lebih sehat lah itu ketimbang kamarku yang lama di Bandung. Setelah kutinggal sebulan (mudik akhir Agustus '07 lalu), pas balik ke Bandung buat beresin barang, ternyata ditemukan koloni kecil tikus di sana. Baju awak juga banyak yang dirusak kolonialis kecil ini :(

  4. Anonymous Anonymous Says:

    Aku ndak berani mengambil kesimpulan apakah kecoa itu tanda lingkungan bersih atau kotor. Namun, hal-hal berikut dapat dipertimbangkan.

    1) Dalam rantai makanan, kecoa berperan sebagai pemakan sampah.

    2) Bau dari kecoa bukan dari kotoran, tapi dari zat lilin di sekujur tubuhnya sebagai perlindungan.

    3) Aku belum tahu ada penyakit yang dibawa kecoa. Tapi patut dicatat bahwa kecoa memang menimbulkan reaksi alergi parah pada penderita asma.

    Kalau tentang tikus, aku setuju bahwa keberadaannya merupakan tanda kotor. Kalau untuk kecoa, aku menghormatinya. Setiap kali kulihat dia di kamarku, kukejar sambil membawa sapu lidi, kugiring ke dekat pintu keluar, kupukul lunak supaya terbalik, lalu kuangkat dan kulempar ke taman. Itu kulakukan semata-mata karena aku takut digigit (rahangnya kuat bo) dan aku juga takut kalau tidak sengaja menginjaknya.