<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d29125597\x26blogName\x3dHolistic+view+to+Equilibrium+state\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://carokann.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://carokann.blogspot.com/\x26vt\x3d-2369228846023373281', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Sains dan Seni

Wednesday, October 22, 2008 by ismansyah

Saya teringat kembali pada kata-kata Prof.Ron Ekers yang disampaikan dalam seminar umum 2nd IOAA bahwa Sains adalah salah satu dari beberapa hal yang merupakan common sense pada setiap bangsa-bangsa di dunia. Seluruh umat memiliki persepsi yang sama terhadap sains, dan salah satu yang bisa menyatukan seluruh bangsa di dunia. Kemudian saya segera berpikir mencari tahu hal lain yang identik dengan sains tersebut. Dan saya rasa kita semua sepakat kalau itu adalah seni (Art) yang merupkan hal lain yang memiliki common sense pada setiap manusia.

Berbicara tentang sains, pandangan umum sering mengaitkannya dengan fakta alam. Tapi untuk ilmuan sekelas Prof. Ekers, menjelaskannya secara lebih rinci bahwa sains adalah suatu pengamatan (observasi) atau penelitian, kemudian membuat hipotesa, dan mengujinya. Secara garis besar seperti itulah sains menurut beliau. Tapi saya rasa kita semua akan sepakat bahwa untuk melakukan prosese-proses tersebut kita membutuhkan logika, pikiran untuk memprosesnya.

Dan jika kita berbicara tentang seni, maka kita akan lebih banyak melibatkan unsur perasaan, estetika. Kita bisa mencermati sejarah seni dan mendapati bahwa seni tidak hanya berhubungan tentang perasaan karena beberapa defenisi menyatakan bahwa seni adalah keterampilan, skill (pada masa Yunani kuno), karya yang berguna (work of art) yang dalam prosesnya juga melibatkan perhitungan-perhitungan selayaknya sains. Akan tetapi kita coba mengambil suatu defenisi yang umum saja untuk menyatakan Seni sebagai fine arts (seni indah) yang dalam proses pembuatannya lebih banyak melibatkan mental dan perasaan halus sang seniman.

Dan kembali kepada topik kita diatas, maka saya bertanya sains dan seni apakah yang dimaksud memiliki common sense pada setiap umat manusia di dunia?. Sains dan seni yang bagaimanakah yang dapat menyatukan seluruh bangsa-bangsa di dunia? Ini pertanyaan besar, retorik, dan sekiranya tidak akan terjawab, apalagi terselesaikan hanya dengan melontarkan teori-teori kasar. Akan tetapi saya mencoba menjawab pertanyaan ini dengan jawaban yang sangat sederhana dan standar. Sains yang memiliki common sense tentu saja sains yang menggunakan logika dan pikiran jernih, dan begitu juga dengan seni yang memiliki common sense adalah seni yang menggunakan perasaan yang luhur. Sesuatu yang terdengar sangat indah dan saya kesulitan untuk mengartikannya jika tidak dibantu dengan KBBI.

Jernih berarti bersih, tidak keruh. Dalam konteks ini sains dengan pikiran jernih berarti sains yang dikembangkan murni untuk tujuan sains itu sendiri. Sains bukanlah suatu doktrin atas kebenaran, akan tetapi dengan sistematikanya sains selalu berusaha mendekati kebenaran. Sains senantiasa mengkoreksi dirinya sendiri dalam artian kerap kali berubah sesuai dengan data dan fakta yang ada. Ini berarti sains akan terus dan terus belajar.

Luhur berarti mulia ; memuliakan. Dalam konteks ini seni dengan perasaan yang luhur berarti karya seni yang memulikan apakah itu alam maupun manusia, dalam artian sebuah seni yang membangun dan memberikan pesan moral pada masyarakat (bermaksud untuk memuliakan). Memang dalam sejarahnya telah terdapat pertentangan tentang tujuan dari seni. Apakah tujuan seni untuk seni itu sendiri, memberikan kesenangan, bisa dinikmati, memberikan kepuasan, dan memggambarkan tentang hal yang indah-indah atau ada tujuan lain yang lebih mulia dari itu? Saya sendiri bukanlah seorang seniman dan tidak terlalu ambil pusing dengan tujuan dari seni tersebut akan tetapi sepanjang ia bersifat memuliakan maka itu yang akan saya pakai sebagai defenisi dari seni dengan perasaan luhur. Meskipun saya tidak bisa mengingkari bahwa saya sependapat tentang pernyataan seorang pujangga, Matthew Arnold yang mengatakan jika puisi (identik dengan seni) terlalu banyak ditekankan kepada hal yang bersifat estetis, maka puisi akan kehilangan kekuatannya. Kekuatan yang dimaksud disini adalah membangun dan memberikan pesan moral kepada penikmatnya (Encyclopedia Of Literature and Criticism)

Lantas jika kita telah mendapati sepasang common sense (sains dan seni) yang ada pada manusia apakah telah mampu menjadi penengah, setidaknya menjadi pencerah pada ummat manusia? Karena pada kenyataannya kemajuan sains dan Teknologi, dan begitu juga dengan seni tidak mampu untuk menyelesaikan masalah-masalah diantara manusia. Seharusnya sesuatu yang memiliki common sense, bahasa yang universal, bisa menjadi solusi awal untuk menjembatani segala perbedaan dan sengketa dengan alasan persamaan. Apalagi yang harus diributkan jika kita sama? Bukankah setiap perkelahian, sengketa, peperangan yang terjadi diatas Bumi selalu didasarkan atas perbedaan-perbedaan diantara umat manusia? Atau memang saya terlalu mengeneralisir permasalahannya? Saya kira memang saya terlalu mempermudah persoalannya 


NB : Tulisan ini sangat terbuka untuk berdisikusi karena saya yakin telah menyinggung suatu tema besar dengan pikiran sempit saya.