“Tipu-tipu Bekmen”
Saturday, July 11, 2009 by ismansyah
Ketika saya masih duduk di bangku SMA, saya senang sekali menonton orang bermain catur di warung kopi. Suatu ketika seorang kakek yang sedang bermain catur bernyanyi setengah berteriak “i love u so nindu man bangku*” (sambil memejamkan mata dan menggelengkan-gelengkan kepalanya). Tidak ada yang tertawa pada saat itu. Hanya saya dan seorang teman yang tertawa lebar. Akan tetapi semua orang tahu ia bersenandung karena ia dalam posisi unggul. Dan semua orang juga tahu kalau mereka juga akan melakukan hal yang sama.
"Tipu-tipu Bekmen" adalah sebuah istilah dalam PERCAMA (Persatuan catur Mahasiswa) untuk menyatakan trik culun, sangat ketahuan, yang digunakan untuk memperangkap lawan dalam bermain catur. Asal katanya adalah tipu-tipu Batman, kemudian diplesetkan karena perubahan pelafadzan Batman menjadi Bekmen dianggap mampu memberikan sensasi konyol dan katro’ di telinga.
Sebenarnya banyak kosa-kata (baca:igauan) yang terlahir di PERCAMA akan tetapi tidak pernah ada langkah serius yang diambil untuk mendokumentasikannya ke dalam sebuah buku (wkwkwkoko). Semuanya hanya mengalir begitu saja dalam permaian-permainan catur, terlahir kemudian mati digantikan “igauan-igauan” yang baru. Sewaktu saya masih baru di organisasi ini, ada sebuah plesetan lagu yang sering dinyanyikan para senior dan sampai sekarang masih melekat di benak saya. Lagu “Cicak-cicak di dinding” diplesetkan menjadi seperti ini : “Tutsnak-tutsnak di dinding, diam-diam merajap...”. Saya sendiri tidak tahu bagaimana asal lagu itu muncul dan tak seorang pun yang benar-benar tahu apa arti tutsnak. Akan tetapi, ketika sedang bermain catur, tidak ada kejanggalan, keanehan, apalagi larangan untuk menyanyikan lagu-lagu Gazebo (Gak jelas Banget Bok!) semacam ini.
Pada dasarnya ini adalah bentuk “igauan”, sering kali muncul ketika seseorang sedang bermain catur dan biasanya ketika sedang berada diatas angin. “Igauan-igauan” ini saya anggap sebagai sebuah ekspresi emosional seorang pemain yang keluar secara spontan (sering kali blak-blakan) dan dihasilkan secara simultan melalui sebuah proses multiple thinking. Bayangkan saja sebuah kosa kata aneh yang sama sekali baru muncul bersamaan dengan melangkahkan buah catur secara mantap. Apalagi jika langkah itu adalah sebuah langkah kemenangan (yang dengan itu ia unggul ruang, atau unggul perkembangan, atau unggul pion, atau unggul perwira, atau malahan men check-mate raja lawan). Maka “igauan-igauan” semacam ini akan nikmat sekali ketika diucapkan.
Sepengetahuan saya ini terjadi bukan hanya di PERCAMA akan tetapi ‘igauan-igauan” semacam ini adalah budaya khas pecatur Indonesia. Meskipun berada dalam sebuah pertandingan formal, akan tetapi jika bukan sebuah partai resmi, “igauan-igauan” ini selalu menghiasi kemeriahan permainan catur.(Mungkin karena dunia percaturan kita tumbuh dan berkembang dari jalanan, tempat nongkrong, ataupun warung kopi). Biasanya “igauan” ini dikomunikasikan secara bergantian. Misalkan jika pemain hitam sedang unggul, maka ia akan “bersenandung”. Akan tetapi jika nantinya pemain putih yang unggul maka gantian pemain putih yang “bersenandung rindu” dan pemain hitam terdiam. Bahkan dalam pertandingan resmi sekalipun “igauan” ini sesekali muncul tanpa disengaja (karena pada dasarnya ‘igauan” ini juga muncul secara tidak sengaja, tidak direncanakan) oleh para pemain apakah itu pemain pemula ataupun bergelar Master nasional/internasional sekalipun. Rasa-rasanya tanpa “igauan-igauan”, permaian catur serasa hambar dan menjadi catur bisu.
* Nindu man bangku --> Adalah bahasa Batak Karo yang artinya “kau katakan kepadaku”.