<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d29125597\x26blogName\x3dHolistic+view+to+Equilibrium+state\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://carokann.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://carokann.blogspot.com/\x26vt\x3d-2369228846023373281', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

"Lula, ingin menjadi Astronot"

Saturday, January 29, 2011 by ismansyah


Lula berkata "kakak, aku mau jadi astronot!" sedikit kaget lalu saya balik bertanya "trus, bagaimana caranya?" Dia menggeleng-gelengkan kepala dengan malu-malu. Ia tidak punya ide sama sekali bagaimana cara menjadi seorang astronout, akan tetapi ia tahu kalau ia ingin menjadi astronout, maka dengan spontan ia meneriakkannya di depan saya dan teman-temannya agar kami tahu ia benar-benar ingin menjadi seorang astronout.Sejenak saya terdiam dan kemudian berkata lagi "kalau begitu, harus banyak makan dan belajar tentunya". Lula mengangguk.





Menarik buat saya ketika seorang anak seperti lula yang baru duduk di kelas 1 SD mengutarakan suatu keinginan dengan lantang, mengutarakan sebuah cita-cita yang sedikit berbeda dari pemikiran umum. Menjadi seorang astronout adalah ide yang tidak kebanyakan anak seumuran dia miliki dan saya menganggapnya sebagai sebuah perkembangan kreativitas pemikiran seorang anak, dan saya berusaha untuk menjawabnya dengan serius. Saya harap Lula tidak terlalu kecewa dengan jawaban saya.

gambar: http://www.ubercoolgifts.com/tag/kids/

Curhat tah pa pa

Monday, January 03, 2011 by ismansyah


Saya merasa gusar malam ini, dan merasa sangat bodoh karena tak tahu apa yang saya gusarkan. Akhirnya saya simpulkan untuk pepergian sejenak keliling kota di tengah malam yang dingin ini. Ditengah jalan,saya melihat sebuah warung yang masih buka.Tampak penjaganya sedang asik bermain kartu dengan beberapa orang temannya. Akhirnya saya berhentikan sepeda motor dan membeli sebotol nescafe dan kemudian pergi lagi. Saya tidak sempat memikirkan kenapa mereka melakukan itu karena saya juga punya kegusaran lain.



Keliling kota, saya kembali disadarkan betapa indahnya kota ini, persis seperti pemikiran saya sewaktu petama kali menginjak kaki di kota ini. Lampu-lampu jembatan dan pulau kumala yang berkilauan. Ditambah lagi dengan patung lembuswana yang berdiri tegak ditengah-tengahnya. Sebenarnya saya juga tak ingin memikirkan betapa mereka membuang-buang uang sebesar 2 milyar hanya untuk "mendirikan" (mengganti patung yang lama) patung tersebut. Dengan mayoritas penduduk muslim, saya kira mereka tahu betapa Islam punya sejarah yang buruk dengan patung sejak jaman nabi Ibrahim, tapi apa peduli saya, biarkan sajalah!. Malam ini saya hanya ingin memikirkan diri saya sendiri, membayangkan kenapa saya sampai "terdampar" disini. Saya sadar sejak dulu memang saya berkeinginan terjun di dunia pendidikan, dan entah kenapa cita-cita itu terus berlanjut sampai sekarang. Maksudnya sejak lulus, saya selalu bekerja pada instansi / bidang pendidikan. Empat kali pindah kerja, empat kali pindah kota saya selalu berada pada "jalur yang benar" dunia Pendidikan. Secara idealis saya selalu berpikiran bahwa pindah-pindah tempat saya lakukan untuk melihat dunia pendidikan kita secara lebih dekat. Saya tidak ingin disamakan dengan kebanyakan alumni almamater saya yang terkenal dengan "kutu loncat".Di jawa barat yang bagi saya mewakili pulau jawa dan sekarang di kalimantan timur yang saya anggap mewakili kalimantan. Selanjutnya saya berencana untuk kembali ke tanah kelahiran, pulau sumatra.

Tapi itu secara idealis, akan tetapi pada dasarnya saya merasakan ada agenda terselubung dari alam bawah sadar saya melakukan hal demikian. Sebenarnya saya resah, dan ingin mencari sesuatu, entah apapun itu yang bisa menjelaskan banyak pertanyaan saya. Dan secara emosional saya menyimpulkan bahwa jawabannya adalah dengan "berkelana". Dengan alasan itulah saya melangkah dan disetiap kota yang saya tempati saya berusaha dekat dan dengan bersemangat mempelajari kebiasaan dan adat masyarakat setempat. Dengan begitu saya merasa semakin mengenal diri saya, dan satu persatu pertanyaan-pertanyaan saya akan terjawab.

Berpikir mendalam adalah suatu hal yang menyenangkan. Akan tetapi ia punya sisi gelap ketika pemikiran-pemikiran tanpa jawaban itu mengambang tanpa "pelampiasan". Itu! alasan utama saya terjun dalam dunia pendidikan. Menyebarkan sesuatu yang ada didalam kepala saya yang hampir meledak. Saya tidak bangga mengatakan bahwa saya lulus kuliah selama 6 tahun dengan IPK pas-pasan. Akan tetapi saya selalu berdalih bahwa saya tidak hanya belajar tentang ilmu keahlian saya. Di tahun pertama, saya beradaptasi dengan lingkungan baru, dan begitu bersemangat "memperhatikan"organisasi-oraganisasi kampus. Di tahun kedua saya tertarik kembali dengan seni, bakat (?) warisan ayah saya yang sudah cukup lama terkubur di alam bawah sadar. Di tahun ketiga dan keempat saya begitu "keranjingan" dengan puisi dan sastra, mungkin karena disitulah puncak kasmaran. Tiada hari tanpa mengolah kata dan buku Chairil Anwar, Sapardi, dan Goenawan Muhammad habis saya baca. Di tahun kelima saya tertarik dengan filsafat dan beberapa cabang ilmu Humaniora, sampai-sampai saya meluangkan waktu satu semester untuk berkuliah filasafat di Unpar bandung. Dan disemua tahun itu, selama 6 tahun saya aktif bermain catur mewakili kampus meskipun dengan kemampuan yang pas-pasan. Sebenarnya saya juga ingin mengatakan di selang-selang waktu itu, saya selalu menyempatkan waktu untuk memikirkan siapa saya?apa mau saya?dan orang seperti apa saya ini? Saya tidak punya sebuah contoh manusia yang bisa saya jadikan pedoman yang memiliki terlalu banyak minat dan kemauan. Ingin tahu ini, itu tanpa ada satupun yang bisa dijadikan pijakan. Saya begitu bingung karena dalam sejarah, orang-orang yang saya kenal seperti itu hanyalah Leonardo da Vinci dan Muhammad Saw (dan saya pikir saya tak pantas dibandingkan dengan orang-orang hebat seperti itu, bukannya bermaksud rendah diri, but i mean, look at me?!)

Seketika saya tersadar sudah melewati pusat kota,"kota yang indah" sekali lagi terngiang dalam benak saya. Saya hanya tidak rela, kota-kota, khusunya kota ini stagnan dan akhirnya mati di tangan para politisi yang hanya peduli dengan ketamakannya. Sungguh, saya tidak rela. Jika saya memikirkan, sebenarnya apa yang diinginkan manusia dalam hidup, kemakmuran?kemegahan?kekuasaan? saya pikir sebagian besar dari pada penguasa-penguasan itu sudah mendapatkannya. Lalu apalagi?Saya bertanya dalam hati "apakah mereka akan puas jika kami menyembah dan berlutut di kaki mereka dan melayani semua keinginan mereka?" Ketika penguasa, hartawan, dan teknokrat telah bersekongkol untuk menjajah rakyatnya sendiri, akan selalu ada "Musa" yang muncul dari tempat yang tidak disangka-sangka. Semoga Allah SWT akan selalu mengampuni kita, termasuk keacuhan dan "kebodohan" kita.

Gambar dari : http://g8.no/104-walking-alone-in-the-dark

Labels: