<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d29125597\x26blogName\x3dHolistic+view+to+Equilibrium+state\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://carokann.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://carokann.blogspot.com/\x26vt\x3d-2369228846023373281', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Episode Mengharukan dan doa Ta'if


Kematian Abu Talib dan Khadijah secara berturut-turut merupakan salah satu episode yang paling menyedihkan dalam sejarah hidup Nabi Muhammad SAW. Abu Talib, adalah paman Nabi yang selama ini menjadi pelindung dan perisai terhadap segala tindakan musuh. Sedangkan Khadijah, istri tercinta yang selalu menghiburnya ketika ia mendapat kesedihan, mendapat tekanan dan yang menghilangkan rasa takut dalam hatinya. Dia adalah bidadari yang penuh kasih sayang. Pada kedua mata dan bibirnya, Muhammad SAW melihat arti yang penuh percaya kepadanya, sehingga ia sendiri pun makin percaya diri.

Setelah kehilangan dua orang yang selalu membelanya itu, Muhammad melihat Quraisy semakin keras mengganggunya. Yang paling ringan diantaranya adalah ketika seorang pandir Quraisy mencegatnya di tengah jalan lalu menyiramkan tanah diatas kepalanya. Nabi pulang ke rumah dan Putrinya Fatimah lalu datang mencucikan tanah yang ada diatas kepala ayahnya itu. Ia membersihkannya sambil menangis. Tak ada yang lebih pilu rasanya dalam hati seorang ayah daripada mendengar tangisan anaknya, lebih-lebih anak perempuan. Setitik air mata kesedihan yang mengalir dari kelopak mata seorang putri adalah sepercik api yang membakar jantung, membuatnya kaku karena pilu, dan karena pilunya ia akan menangis kesakitan.

Sebenarnya Nabi SAW adalah seorang ayah yang sungguh bijaksana dan penuh kasih kepada putri-putrinya. Dan apakah yang ia lakukan terhadap tangisan anak perempuannya yang baru saja kehilangan ibunya itu? Yang menangis hanya karena malapetaka yang menimpa ayahnya? Dari semua itu tidak lebih ia hanya menghadapkan hatinya kepada Allah dengan penuh iman akan segala pertolongan-Nya. "Jangan menangis anakku" katanya kepada putrinya yang sedang berlinang air mata. "Tuhan akan melindungi ayahmu".

 Sesudah peristiwa itu gangguan Quraisy semakin menjadi-jadi dan Nabi merasa tertekan sekali. Terasing seorang diri, ia pergi ke Ta'if 1, tanpa ada orang yang  tahu. Ia pergi ingin mendapatkan dukungan dan suaka dari sakif terhadap masyarakatnya sendiri, dengan harapan mereka pun akan dapat menerima ajaran Islam. Tapi ternyata mereka juga menolaknya secara kejam. Kalaupun sudah begitu, ia masih mengharapkan mereka untuk tidak memberitahukan kedatangannya minta pertolongan, supaya ia tidak disoraki oleh masyarakatnya sendiri. Tetapi permintaan itupun tak didengar. Bahkan mereka menghasut orang-orang pandir agar menyoraki dan memakinya.

Ia pergi lari dari sana dan berlindung di sebuah kebun kepunyaan Utbah dan Syaibah, anak-anak Rabi'ah. Orang-orang pandir itu kembali pulang. Ia duduk dibawah naungan pohon anggur dan ketika itu keluarga Rabi'ah sedang memperhatikannya dan melihat pula kemalangan yang dideritanya. Sesudah agak reda, ia mengangkat kepala menengadah keatas, ia hanyut dalam doa berisi pengaduan yang sangat mengharukan:

"Allahumma ya Allah, Kepada-Mu juga aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kemampuanku serta kehinaan diriku di hadapan manusia. Oh Tuhan yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. engkaulah yang melindungi si lemah dan Engkaulah Pelindungku. kepada siapakah hendak Kau serahkan nasibku? kepada orang yang jauhkah yang berwajah muram kepadaku, atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku aku tidak peduli, sebab sunggu luas kenikmatan yang Kau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada Nur Wajah-Mu yang menyinari kegelapan, dan karenanya yang membawakan kebaikan bagi dunia dan akhirat - daripada kemurkaan-Mu yang akan kautimpakan kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga berkenan pada-Mu. Dan tiada daya upaya selain dengan Engkau juga"

Melihat kejadian itu hati kedua anak Rabi'ah merasa tersentak. Mereka merasa iba dan kasihan melihat nasib buruk yang dialaminya. Budak mereka yang beragama Nasrani bernama Addas diutus kepadanya membawakan buah anggur dari kebun itu. Sambil meletakkan tangan diatas buah-buahan itu Muhammad berucap "Bismillah!" dan buah itupun dimakannya.

Addas memandang keheranan. "kata-kata itu tak pernah diucapkan oleh penduduk negri ini" kata Addas. Muhammad menanyakan negri asal dan agam orang itu. Setelah diketahui bahwa Addas beragama Nasrani dan berasal dari Niniveh 2, ia berkata:"Dari negri orang baik-baik, Yunus bin Matai."

"Darimana tuan kenal nama Yunus bin Matai?" tanya Addas. "Dia saudaraku. Dia adalah nabi dan saya juga Nabi" Jawab Nabi.

Saat itu juga Addas membungkuk dan mencium kepala, tangan dan kaki Muhammad. Sudah tentu kejadian ini menimbulkan keheranan keluarga Rabi'ah yang selama itu memperhatikannya. Sungguhpun begitu mereka tidak sampai akan meninggalkan kepercayaan mereka, dan tatkala Addas sudah kembali mereka berkata: "Addas jangan sampai orang itu memalingkanmu dari agamamu yang masih lebih baik dari agamanya".

(Ditulis kembali dari buku "Sejarah hidup MUHAMMAD" Muhammad Husain HAEKAL (dengan perbaikan seperlunya)

1 At-Ta'if sebuah kota dan pusat musim panas dengan ketinggian 1520 m dari permukaan air laut, sekitar 60 - 70 km kearah timur laut Mekah.
2 Niniveh (Arab, Ninawa) Sebuah kota maksiat yang sudah sangat tua, sudah hancur dan sudah tidak tercantum dalam peta, tetapi diperkirakan didekat Mosul, Irak. Kisah nabi Yunus cukup terkenal dalam Al'Quran, disebut dengan nama jelas atau julukan saja. Tidak diktahui nasabnya. Dalam beberapa tafsir dan Hadits disebut Yunus bin Matai. Dalam Bibel,Yunus (Jonah) anak Amitai (Amittai) seorang nabi yang hidup dalam abad ke-8 sebelum masehi.

“ Episode Mengharukan dan doa Ta'if ”